Rabu, 11 Maret 2015

Tren Arsitektur

Desain_Mess_Gaya_Minimalis


Ada hal yang aneh dengan Tren Arsitektur. Tren sebenarnya hanyalah bersifat sementara dan sesaat,  sedangkan arsitektur akan ada dalam jangka waktu lama. Jadi, tidaklah tepat kalau sebuah wujud arsitektur diartikan ke dalam sebuah trend.
Namun begitu, arsitektur memang belum bias lepas dari ikatan sebuah tren. Tak diketahui bagaimana mulanya arsitektur bisa berhubungan dengan tren. Mungkin karena belum ada sebuah penelitian mendalam.
Adanya tren arsitektur, pengembang sebuah properti lebih mudah dan terarah dalam
menjual sebuah produknya. Asalkan mengikuti gaya yang sedang trend, maka sebuah propertinya pastilah cepat laku. Begitupun dengan media sebuah arsitektur. Dengan membahas tren dari arsitektur, maka media tersebut hamper pasti akan laku karena semua orang ingin tahu, apa tren arsitektur saat itu. Terlepas apa makna yang akan disampaikan tentang tren tersebut benar atau salah.
Contohnya, tren gaya arsitektur minimalis yang saat ini sangat fenomenal. Benarkah properti yang dijual dengan kata minimalis itu benar-benar minimalis dalam segalah hal? Ternyata masyarakat banyak yang salah, walau ada juga pengembang sebuah properti yang memberikan pemahaman apa itu minimalis dengan benar. Apapun dapat dengan mudah dikatakan minimalis agar cepat laku, walaupun sebenarnya hampir tidak dapat dikatakan minimalis. Dan anehnya lagi, ada saatnya masyarakat bangga dansenang membeli properti yang bergaya minimalis agar merasa mengikuti trend saat ini.
Tadi telah dijelaskan bahwa tren tersebut bersifat sementara, berumur pendek dan sesaat, tentunya setelah itu ada jutaan pemilik rumah yg akan ketinggalan zaman. Padahal tujuan utama membeli sebuah justru dikarenakan tidak mau ketinggalan mode. Lalu apa bangunan tersebut (yang pada akhirnya ketinggalan zaman) akan dirobohkan begitu saja? Kalau dirubuhkan pastinya tidak mungkin. Selain bangunan itu belum tua, tentunya investasi mahal itu hilang begitu saja. Dan kalau dijual pun mungkin tidak bias laku tinggi karena sudah tidak tren lagi. Nah dari sini, mulailah jelas, bahwa arsitektur dan tren itu sebetulnya tidak dapat disamakan?
Desain Arsitektur minimalis sebenarnya adalah salah satu arus besar pada sejarah arsitektur yg sudah ada dari awal tahun 1900-an, bukanlah hasil rekayasa para pengembang properti yang bersifat sementara. Jadi, masyarakat yang membeli bangunan yang benar-benar minimalis dgn alasan benar-benarmenyukainya atau sesuai karakter serta gaya hidupnya, jangan khawatir dan tak perlu mendengar apa kata “tren arsitektur”‘.
Mulai kini kata “tren” serta “arsitektur” bila disatukan haruslah diberi tanda kutip, agar tidak rancu serta menyesatkan. Karena tren dan arsitektur tidak pernah bersanding berdua, selama ini hanya dijodohkan saja, dan sebenarnya sama sekali tidak berjodoh karena memang kodratnya berbeda.
Apa “tren arsitektur 2013″ itu? Tak terlalu penting lagi, kan? Tapi masih ada hal yang lebih penting untuk kita renungkan bersama. “Tren arsitektur” seharusnya tidak lagi dijadikan acuan. Yang terpenting ialah pencarian akan pemahaman yang lebih banyak serta lebih dalam tentang arsitektur sbg langkah yang tepat untuk seluruh masyarakat, bukanlah hanya bagi para arsitek itu sendiri. Peran dari media arsitektur jadi semakin utama untuk menjelaskan pemahaman yang lebih dalam, lebih berarti, dan tentunya lebih betul, tentang arsitektur yang sebenarnya mempunya cakupan begitu luas.
Pada konteks untuk arsitektur rumah tinggal, menterjemahkan dari karakteristik dan masing-masing keunikan pemilik rumah pada arsitektur rumahnya adalh pilihan yang lebih benar daripada sekadar mengikuti sebuah tren. Kebersatuan karakteristik masyarakat di Indonesia akan membuat luas pilihan karakteristik arsitektur rumah tinggal itu. Kesempatan dalam menjadi diri sendiri lewat bentukan rumah masing-masing akan memacu berkembangnya eksplorasi dari kekayaan arsitektur tanpa sarupun dibatasi oleh sebuah kata “tren arsitektur”.
Keadaan lingkungan hidup global saat ini yang bertambah rusak tentunya perlu kita sikapi. Ramah lingkungan, hemat energi  dan berkelanjutan,layaknya menjadi pedoman kita sejak awal dalam merencanakan sebuah desain rumah tinggal. Kedepannya hal-hal itu sebaiknya tak lagi dijadikan istimewa untuk diperbincangkan,te tapi menjadi sebuah syarat mendasar yg seharusnya memanglah ada, seperti juga halnya pencahayaan serta ventilasi alami. Dengan semakin murahnya aplikasinya, maka dari itu akan semakin berkelanjutan pula dan lebih besar dampaknya pada bumi kita ini.
Dengan biaya yang tidak mahal, akan bertambah banyak masyarakat yang bisa mengaplikasikan sebuah arsitektur berkelanjutan. Dan otomatis, hal tersebut mempercepat dalam proses penyembuhan bumi yg saat ini “sedang sakit”. Dengan semakin murahnya biaya dalam membangun, semakin banyak pula uang yang dapat disisihkan guna perbaikan lingkungan lainnya yang lebih penting untuk kehidupan manusia.
Walau sebenarnya mampu, tidaklah salah untuk mencoba berhemat dan mengurangi sedikit gaya kemewahan nilai rumah tinggal. Jika saja tiap rumah (mewah) bisa menyisihkan dan mengurangi 10 persen-25 persen nilai rumahnya untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat kurang mampu, tentu lingkungan hidup kita sehari-hari akan jadi bertambah indah dan nilainya jadi jauh lebih besar dibanding kemewahan yang didapat tanpa menyisihkan sebagian biayanya. Bukankah di kota tempat kita tinggal jadi makin indah dan menyenangkan ditinggali jika kerusakan lingkungan yang sudah ada bisa diperbaiki setahap demi setahap?
Masih ada harta karun yang terpendam yang bisa jadi pilihan kemajuan arsitektur atau desain rumah di Indonesia ini. Mungkin tidak ada yang dapa kita sangkal bahwa Indonesia merupakan negara kaya yang dikelola dengan cara salah, hingga masyarakatnya jadi semakin miskin. Miskinnya akan penghargaan masyarakat kepada kekayaan akan potensi nilai lokalitas dari arsitektur tradisional.
Archi Post




0 komentar:

Posting Komentar

Followers